Seorang lelaki berambut coklat sedang berdiri di depan laci televisi berwarna coklat sampai seseorang mengetuk pintu rumahnya. Lelaki bermata biru itu berjalan kearah pintu dan membuka pintu. Dilihatnya seorang perempuan berambut hitam berdiri didepannya dengan membawa sebuah tas di pergelangan tangannya.
“Nac, kau sudah rapih belum? Ayo kita berangkat” Ucap perempuan itu pada lelaki yang bernama Nac.
“Sebentar” Balas Nac berlari kearah tangga atas. Dia kembali tidak lamakemudian dengan tas ransel di punggungnya.
“Yuk” Tutur Misa pelan. Mereka berjalan keluar rumah Nac yang terlihat cukup besar dan mewah.
“Lagi lagi kita sekolah di tempat yang sama ya” Ucap Misa sambil tertawa kecil. Memulai percakapan di luar pagi hari itu. Mata hitamnya memandang mata Nac yang berwarna biru cerah.
“Kalau dihitung – hitung kita sudah berteman 9 tahun dihitung sejak aku pindah kesini”
Misa mengangguk pelan. Dia lalu mengambil sepotong roti dari tasnya. “Sudah sarapan?” Tanyanya sambil memberikan roti yang dipegangnya.
“Nope, aku sedang tidak lapar” Nac membalas tanpa menoleh.
“Makanlah, nanti sakit di kelas”
Nac mengambil roti itu dari tangan Misa. Lalu mengenggamnya di tangan kanannya. “Nanti aku makan” Lanjutnya.
“Heh, lagi sakit?” Tanya Misa yang dari tadi memandangi wajah pucat Nac.
“Nggak kok, cuma lagi tidak lapar” Nac berjalan cepat kearah bangunan didepannya yang terlihat mewah. Di halaman
sekolah tersebut terdapat banyak anak baru yang sedang berjalan masuk.
“Jadi aku akan berada tiga tahun di tempat ini..” Gumam Nac memandang bangunan didepannya.
“Hey Nac, pastikan kau membuat teman ya, sejak kecil kau selalu saja sendirian” Misa tersenyum memandang bangunan didepannya seraya merapihkan rambutnya yang terbang tertiup angin.
Nac terdiam. Matanya memandangi langit yang biru.
“Untuk siswa baru kelas sepuluh, kelas akan dibagikan sesuai nomor peringkat, setiap kelas terbagi menjadi tiga puluh anak, diharap masuk ke ruangannya segera di lantai satu” Terdengar sebuah suara keras yang nampaknya sebuah pengumuman.
“Nac.. Sepertinya kita sekelas lagi, kau dapat peringkat satu lagi kan?” Tanya Misa sambil mengeluarkan sebuah kertas biodata penerimaan murid baru.
Nac mengangguk.
“Aku dapat 12” Misa menatap Nac dengan senyum riangnya.
“Yeah, untunglah”
“Lebih baik kita segera masuk” Misa menarik tangan Nac kearah gedung sekolah mewah itu. Didalam kelas dengan plat nomor satu didepannya sudah penuh dengan siswa – siswi yang sedang duduk maupun membereskan tasnya.
Nac berjalan di koridor kelas disusul Misa dibelakangnya. Sesaat suasana menjadi sepi, hanya terdengar bisik – bisik
suara murid perempuan.
"Ohayou Misa – chan” Sapa seorang perempuan berambut biru yang tiba – tiba menghampirinya.
“Oh- Miyu - chan” Balas Misa sedikit kaget.
“Hehe, kita satu kelas ya.. btw pacarmu ya?” Miyu tersenyum kearah Misa dan melihat kearah Nac.
“E..Eh, bukan, dia teman kecilku Nac, Nac, ini Miyu Hanazawa, teman kursusku” Ucap Misa yang wajahnya memerah seraya memandangi bergantian kedua temannya.
“Miyu Hanazawa” Miyu mengulurkan tangannya untuk menyalami Nac.
“Nac Merfield” Balas Nac pelan seraya membalas jabat tangannya. Misa berpamitan sebentar sampai akhirnya meninggalkan Perempuan berambut biru itu dan berjalan kearah meja yang terdapat dua bangku kosong dan merapat ke dinding.
“Kita duduk disini?” Tanya Misa menatap Nac.
“Boleh” Balas Nac. Dia lalu berjalan untuk menduduki bangku di sisi dalam. Misa menyusul duduk disebelahnya.
Beberapa saat kemudian seorang lelaki berumur sekitar dua puluh lima tahun dengan potongan rambut pendek dan memakai kaca mata masuk dari luar kelas. Semua siswa mendadak terdiam.
“Yeah, mulai hari ini aku akan menjabat sebagai wali kelas kalian, mohon bantuannya semua” Ucap lelaki itu dengan suara yang cukup keras. Seluruh siswa menjawab bersamaan.
“Kalian tahu kan kalian ini ada di sekolah unggulan, dan di kelas yang unggulan pula, maka dari itu aku berharap kalian tidak mengecewakanku” Lanjut guru itu dengan senyum kecil yang terlihat seperti sedang melucu.
Nac menatap jendela. Sama sekali tidak memperhatikan guru didepannya. Matanya jauh memandang langit yang tidak berawan. Beberapa detik kemudian dia dapat merasa sentuhan di punggungnya. Nac menoleh untuk melihat asal sentuhan itu.
“Boleh aku tahu namamu?” Ucap seorang lelaki berambut hitam yang ternyata wali kelasnya dengan senyum liciknya.
“Nac Merfield” Balas Nac dingin. Dia dapat merasakan berpuluh – puluh wajah memandangnya. Termasuk Misa disebelahnya.
Guru kelasnya terdiam sebentar. Lalu kembali tersenyum dengan bibir tipisnya. “Hoo, kau peringkat satu saat ujian masuk kan?”
“Ya”
“Jadi… Kau tidak ingin memperhatikan aku didepan?”
“Saya akan memperhatikan jika mau kok”
Suasana terlihat panas. Beberapa murid berbisik – bisik sendiri.
“Nac, kau bicara apa sih..” Gumam Misa khawatir dari dalam hatinya.
Guru itu kembali tersenyum dengan senyum liciknya, lalu kembali mulai menggerakan bibirnya. “Lalu, dengan sopan kuminta bisakah kau meninggalkan kelas ini?” Guru itu mengucap dengan nada yang sopan.
“Sure” Nac berdiri tanpa berbicara lagi dan pergi meninggalkan kelas dengan langkah yang cukup cepat. Dia berjalan menelusuri koridor sekolah yang disampingnya terdapat banyak tanaman hijau. Suasana berlangsung tenang sampai tiba – tiba didepannya muncul sebuah Kristal es panjang yang hampir saja mengenainya. Nac terdiam kaget.
“Apa itu!?”
“Kenapa tidak melawan?” Balas seorang perempuan berambut coklat panjang yang tiba – tiba muncul didepan Nac.
Perempuan itu memakai seragam sekolah yang sama dengan Nac. Matanya berwarna merah gelap.
“Siapa kau?” Nac bertanya masih dengan wajah pucatnya.
Perempuan itu berjalan perlahan kearah Nac. “I’m white, and you’re black, sudah jelas kan?” Ucap perempuan itu yang tiba – tiba mengeluarkan sebuah pedang pendek dan ditebaskannnya kearah Nac dengan cepat. Pedang itu menebas bahu kanan Nac yang berusaha menahan pedang itu.
“Kau apa – apaan?” Ucap Nac keras seraya berusaha berlari dari arah perempuan itu. Namun sesuatu menendang kepala belakangnya dari atas.
“Hey Daichi, dia milikku” Ucap perempuan berambut coklat keras pada seorang lelaki berambut biru pendek yang tiba – tiba datang menendang Nac.
“Dia tidak hebat Akira? Kau memangnya bisa?” Balas lelaki itu dengan pandangan yang santai.
Perempuan bernama Akira itu berjalan kearah Nac. Menarik kerah belakang baju Nac dan menatapnya. “Mengapa kau tidak melawan?”
“Ka..Kalian ada masalah apa!?” Nac mengucap dengan suara yang terbata.
Akira melepaskan tarikan baju dari Nac, ,lalu menatap Nac heran. “Apa maksudmu?” Ucap Akira heran.
“Kau tak berniat melawan?” Daichi menyambung pembicaraan.
Nac berusaha berdiri. Mengusap sedikit darah yang keluar dari mulutnya. “Kalian ada apa menyerangku!?”
Akira berjalan mendekati Nac. “Apa kau pura – pura?” Tanyanya masih dengan tatapan heran.
“Maaf, tapi aku tidak mengerti..”
“Nac!” Seru suara seorang perempuan yang datang tiba – tiba dari arah belakangnya.
Nac menoleh untuk melihat suara itu yang ternyata Misa.
“A..Ada apa?” Ucapnya kaget memperhatikan keadaan yang panik.
Nac menggeleng pertanda tidak tahu.
Misa berdiri membelakangi Nac. Menatap kearah Daichi dan Akira. “Apa yang kalian lakukan!?”
“Cih, tak kusangka ada orang biasa lewat disini, hey kau yang berambut coklat, pulang sekolah tolong temui aku diruang musik” Akira menatap Nac tajam. “Dan kau yang perempuan, terserah ingin ikut atau tidak” Lanjutnya seraya tiba – tiba menghilangkan pedang dari tangannya dan pergi bersama Daichi.
“Nac nggak apa – apa? Kita ke UKS sekarang, lukanya harus diperban” Ucap Misa dengan cepat berlari menarik tangan Nac.
OSIS Room
“Kau melihat Dark Mage yang tidak melawan?” Ucap seorang perempuan berambut kuning pada seorang perempuan berambut coklat yang sedang duduk di bangku ketua yang ternyata Akira.
“Aku tidak tahu Yui, aku juga bingung, nanti sepulang sekolah kita akan bertemu dengannya”
“Tapi masa sih? Setahu ku selama ini setiap aku bertemu Dark Mage dia selalu menyerangku” Sambung seorang perempuan yang sedang duduk di kursi sofa Osis besar.
“Ya, ini memang aneh Ayumu, kita harus berbincang dengannya..”
To Be Continued….