Wednesday, February 23, 2011

Black And White - Chapter 1: Darklight

Seorang lelaki berambut coklat sedang berdiri di depan laci televisi berwarna coklat sampai seseorang mengetuk pintu rumahnya. Lelaki bermata biru itu berjalan kearah pintu dan membuka pintu. Dilihatnya seorang perempuan berambut hitam berdiri didepannya dengan membawa sebuah tas di pergelangan tangannya.

“Nac, kau sudah rapih belum? Ayo kita berangkat” Ucap perempuan itu pada lelaki yang bernama Nac.

“Sebentar” Balas Nac berlari kearah tangga atas. Dia kembali tidak lamakemudian dengan tas ransel di punggungnya.

“Yuk” Tutur Misa pelan. Mereka berjalan keluar rumah Nac yang terlihat cukup besar dan mewah.

“Lagi lagi kita sekolah di tempat yang sama ya” Ucap Misa sambil tertawa kecil. Memulai percakapan di luar pagi hari itu. Mata hitamnya memandang mata Nac yang berwarna biru cerah. 

“Kalau dihitung – hitung kita sudah berteman 9 tahun dihitung sejak aku pindah kesini”

Misa mengangguk pelan. Dia lalu mengambil sepotong roti dari tasnya. “Sudah sarapan?” Tanyanya sambil memberikan roti yang dipegangnya.

“Nope, aku sedang tidak lapar” Nac membalas tanpa menoleh.

“Makanlah, nanti sakit di kelas”

Nac mengambil roti itu dari tangan Misa. Lalu mengenggamnya di tangan kanannya. “Nanti aku makan” Lanjutnya.

“Heh, lagi sakit?” Tanya Misa yang dari tadi memandangi wajah pucat Nac.

“Nggak kok, cuma lagi tidak lapar” Nac berjalan cepat kearah bangunan didepannya yang terlihat mewah. Di halaman
sekolah tersebut terdapat banyak anak baru yang sedang berjalan masuk.

“Jadi aku akan berada tiga tahun di tempat ini..” Gumam Nac memandang bangunan didepannya.

“Hey Nac, pastikan kau membuat teman ya, sejak kecil kau selalu saja sendirian” Misa tersenyum memandang bangunan didepannya seraya merapihkan rambutnya yang terbang tertiup angin.

Nac terdiam.  Matanya memandangi langit yang biru.

“Untuk siswa baru kelas sepuluh, kelas akan dibagikan sesuai nomor peringkat, setiap kelas terbagi menjadi tiga puluh anak, diharap masuk ke ruangannya segera di lantai satu” Terdengar sebuah suara  keras yang nampaknya sebuah pengumuman.

“Nac.. Sepertinya kita sekelas lagi, kau dapat peringkat satu lagi kan?” Tanya Misa sambil mengeluarkan sebuah kertas biodata penerimaan murid baru.

Nac mengangguk.

“Aku dapat 12” Misa menatap Nac dengan senyum riangnya. 

“Yeah, untunglah”

“Lebih baik kita segera masuk” Misa menarik tangan Nac kearah gedung sekolah mewah itu. Didalam kelas dengan plat nomor satu didepannya sudah penuh dengan siswa – siswi yang sedang duduk maupun membereskan tasnya.  

Nac berjalan di koridor kelas disusul Misa dibelakangnya. Sesaat suasana menjadi sepi, hanya terdengar bisik – bisik
suara murid perempuan.

"Ohayou Misa – chan” Sapa seorang perempuan berambut biru yang tiba – tiba menghampirinya.

“Oh- Miyu - chan” Balas Misa sedikit kaget.

“Hehe, kita satu kelas ya.. btw pacarmu ya?” Miyu tersenyum kearah Misa dan melihat kearah Nac.

“E..Eh, bukan, dia teman kecilku Nac, Nac, ini Miyu Hanazawa, teman kursusku” Ucap Misa yang wajahnya memerah seraya memandangi bergantian kedua temannya.

“Miyu Hanazawa” Miyu mengulurkan tangannya untuk menyalami Nac.

“Nac Merfield” Balas Nac pelan seraya membalas jabat tangannya. Misa berpamitan sebentar sampai akhirnya meninggalkan Perempuan berambut biru itu dan berjalan kearah meja yang terdapat dua bangku kosong dan merapat ke dinding.

“Kita duduk disini?” Tanya Misa menatap Nac.

“Boleh” Balas Nac. Dia lalu berjalan untuk menduduki bangku di sisi dalam. Misa menyusul duduk disebelahnya.

Beberapa saat kemudian seorang lelaki berumur sekitar dua puluh lima tahun dengan potongan rambut pendek dan memakai kaca mata masuk dari luar kelas. Semua siswa mendadak terdiam.

“Yeah, mulai hari ini aku akan menjabat sebagai wali kelas kalian, mohon bantuannya semua” Ucap lelaki itu dengan suara yang cukup keras. Seluruh siswa menjawab bersamaan.

“Kalian tahu kan kalian ini ada di sekolah unggulan, dan di kelas yang unggulan pula, maka dari itu aku berharap kalian tidak mengecewakanku” Lanjut guru itu dengan senyum kecil yang terlihat seperti sedang melucu.

Nac menatap jendela. Sama sekali tidak memperhatikan guru didepannya. Matanya jauh memandang langit yang tidak berawan. Beberapa detik kemudian dia dapat merasa sentuhan di punggungnya. Nac menoleh untuk melihat asal sentuhan itu.

“Boleh aku tahu namamu?” Ucap seorang lelaki berambut hitam yang ternyata wali kelasnya dengan senyum liciknya.  

“Nac Merfield” Balas Nac dingin. Dia dapat merasakan berpuluh – puluh wajah memandangnya. Termasuk Misa disebelahnya.

Guru kelasnya terdiam sebentar. Lalu kembali tersenyum dengan bibir tipisnya. “Hoo, kau peringkat satu saat ujian masuk kan?”

“Ya”

“Jadi… Kau tidak ingin memperhatikan aku didepan?”

“Saya akan memperhatikan jika mau kok”

Suasana terlihat panas. Beberapa murid berbisik – bisik sendiri.

Nac, kau bicara apa sih..” Gumam Misa khawatir dari dalam hatinya.

Guru itu kembali tersenyum dengan senyum liciknya, lalu kembali mulai menggerakan bibirnya. “Lalu, dengan sopan kuminta bisakah kau meninggalkan kelas ini?” Guru itu mengucap dengan nada yang sopan.

“Sure” Nac berdiri tanpa berbicara lagi dan pergi meninggalkan kelas dengan langkah yang cukup cepat. Dia berjalan menelusuri koridor sekolah yang disampingnya terdapat banyak tanaman hijau. Suasana berlangsung tenang sampai  tiba – tiba didepannya muncul sebuah Kristal es panjang yang hampir saja mengenainya. Nac terdiam kaget.

“Apa itu!?”

“Kenapa tidak melawan?” Balas seorang perempuan berambut coklat panjang yang tiba – tiba muncul didepan Nac.
Perempuan itu memakai seragam sekolah yang sama dengan Nac. Matanya berwarna merah gelap.

“Siapa kau?” Nac bertanya masih dengan wajah pucatnya.

Perempuan itu berjalan perlahan kearah Nac. “I’m white, and you’re black, sudah jelas kan?” Ucap perempuan itu yang tiba – tiba mengeluarkan sebuah pedang pendek dan ditebaskannnya kearah Nac dengan cepat. Pedang itu menebas bahu kanan Nac yang berusaha menahan pedang itu.

“Kau apa – apaan?” Ucap Nac keras seraya berusaha berlari dari arah perempuan itu. Namun sesuatu menendang kepala belakangnya dari atas.

“Hey Daichi, dia milikku” Ucap perempuan berambut coklat keras pada seorang lelaki berambut biru pendek yang tiba – tiba datang menendang Nac.

“Dia tidak hebat Akira? Kau memangnya bisa?” Balas lelaki itu dengan pandangan yang santai.

Perempuan bernama Akira itu berjalan kearah Nac. Menarik kerah belakang baju Nac dan menatapnya. “Mengapa kau tidak melawan?”

“Ka..Kalian ada masalah apa!?” Nac mengucap dengan suara yang terbata.

Akira melepaskan tarikan baju dari Nac, ,lalu menatap Nac heran.  “Apa maksudmu?” Ucap Akira heran.

“Kau tak berniat melawan?” Daichi menyambung pembicaraan.

Nac berusaha berdiri. Mengusap sedikit darah yang keluar dari mulutnya. “Kalian ada apa menyerangku!?”

Akira berjalan mendekati Nac. “Apa kau pura – pura?” Tanyanya masih dengan tatapan heran.

“Maaf, tapi aku tidak mengerti..”

“Nac!” Seru suara seorang perempuan yang datang tiba – tiba dari arah belakangnya.

Nac menoleh untuk melihat suara itu yang ternyata Misa.

“A..Ada apa?” Ucapnya kaget memperhatikan keadaan yang panik.

Nac menggeleng pertanda tidak tahu.

Misa berdiri membelakangi Nac. Menatap kearah Daichi dan Akira. “Apa yang kalian lakukan!?”

“Cih, tak kusangka ada orang biasa lewat disini, hey kau yang berambut coklat, pulang sekolah tolong temui aku diruang musik” Akira menatap Nac tajam. “Dan kau yang perempuan, terserah ingin ikut atau tidak” Lanjutnya seraya tiba – tiba menghilangkan pedang dari tangannya dan pergi bersama Daichi.

“Nac nggak apa – apa? Kita ke UKS sekarang, lukanya harus diperban” Ucap Misa dengan cepat berlari menarik tangan Nac.

OSIS Room

“Kau melihat Dark Mage yang tidak melawan?” Ucap seorang perempuan berambut kuning pada seorang perempuan berambut coklat yang sedang duduk di bangku ketua yang ternyata Akira.

“Aku tidak tahu Yui, aku juga bingung, nanti sepulang sekolah kita akan bertemu dengannya”

“Tapi masa sih? Setahu ku selama ini setiap aku bertemu Dark Mage dia selalu menyerangku” Sambung seorang perempuan yang sedang duduk di kursi sofa Osis besar.

“Ya, ini memang aneh Ayumu, kita harus berbincang dengannya..”

To Be Continued….

Nordics

Monster:

3|Stor|Tanngrisnir of the Nordic Beasts
1|Stor|Garmr of the Nordic Beasts
3|Stor|Guldfaxe of the Nordic Beasts
2|Stor|Tanngnjostr of the Nordic Beasts
2|Stor|Vanadis of the Nordic Ascendant
2|Stor|Valkyrie of the Nordic Ascendant
2|Abpf|Super-Nimble Mega Hamster
1|Sdsc|Summoner Monk
1|Stbl|Glow-Up Bulb
1|Lodt|Ryko, Lightsworn Hunter

Spell:


1|Ysds|Book of Moon
1|Sye|Dark Hole
1|Sdk|Monster Reborn
1|Sd10|Pot of Avarice
3|Stor|Forbidden Holy Lance
1|Sd7|Mystical Space Typhoon
1|Wc5|Mind Control

Trap:


2|Lod|Bottomless Trap Hole
2|Wc08|Dimensional Prison
1|Sd1|Call Of The Haunted
1|Mrd|Mirror Force
1|Lon|Torrential Tribute
1|Sdj|Seven Tools of the Bandit
1|Cp01|Solemn Judgment
2|Tp4|Royal Decree
3|Stor|Gleipnir, the Fetters of Fenrir


Extra:


2|Stor|Odin, Father of the Aesir
2|Stor|Thor, Lord of the Aesir
2|Stor|Loki, Lord of the Aesir
1|Ha01|Brionac, Dragon of the Ice Barrier
1|Tdgs|Stardust Dragon
2|Ha01|Ally of Justice Catastor
3|Drev|Scrap Dragon
1|Tdgs|Red Dragon Archfiend
1|Csoc|Black Rose Dragon



My current Nordic build :v   mungkin masih agak berantakan, dan rasanya akan ngebuild deck ini untuk deck selanjutnya lol

New Fiction dan penggantian alamat

Sebelumnya saya ingin minta maaf atas berhentinya Outer Space karna beberapa alasan ( _ _ )

Karna itu akan terbit Fict baru yang berjudul Black And White, saya menggunakan karakter yang sama dengan Fict Outer Space. Ceritanya lebih berarah ke supranatural dari pada science fiction, jadi mungkin ada beberapa suasana baru di fict saya nanti.

Btw untuk URL saya ganti menjadi coldsnowflakes.blogspot.com. Hanya karna ingin melihat suasana biru dan saljut di blog lol.

Sekali lagi gomen, dan btw B&W akan saya update juga didalam blog, tapi mungkin agak terlambat.

Then, see you..

Tuesday, December 14, 2010

Outer Space - Chapter 11: The Time Is Different


“Yuri!?” Teriak Ryou kaget. Dia hampir melompat saat Yuri melihatnya dengan tatapan tajam. Hotarou dan Fujito juga memasang wajah kaget.

Yuri berjalan kearah Ryou semakin dekat dan menamparnya. “Kamu bohong ya, kamu bilang mau liburan dengan keluargamu, aku mengikutimu sampai sini dan ternyata kau ada dalam misi berbahaya begini dan menyembunyikannya dariku!? Kamu anggap aku apa!?” Yuri berteriak keras. Air mata mengalir di pipinya.

“Yuri, aku nggak bermaksud begitu, aku.. Hanya nggak mau kamu terlibat dalam hal ini..” Balas Ryou masih dengan wajah kaget.

“Kalau begitu aku ikut!” Bentak Yuri masih dengan posisi melotot kepada Ryou.

“Bagaimana ini..” Bisik Ryou dalam hatinya.

 Nac and Misa Room 08.00 AM (ENGLAND TIME)

“Makan yang banyak, Hihi.. kamu seperti anak kecil saja” Tawa Misa sambil menyuapkan sesendok nasi kearah Nac.

Wajah Nac memerah. “Tanganku nggak bisa makan sendiri kan” Lanjut Nac masam. Tangan kanannya masih terbalut perban.

*TOK TOK* Terdengar suara pintu kamar diketuk dari luar.

“Sebentar..” Seru Misa seraya menaruh piring Nac ke meja sebelahnya dan berlari kearah pintu. Dia membukakan pintu yang ternyata Fujito ada dibaliknya.

“Paman?” Tanya Misa kemudian.

Fujito tersenyum. “Anu.. Misa, kau bisa masak lebih banyak lagi? Kita kedatangan tamu banyak hari ini” Jawab Fujito seraya berbalik dan memperlihatkan Ryou, Hotarou, dan Yuri yang sedang duduk di ruang tamu. Sedangkan Yuuko sedang mencuci piring di dapur.

“Oh hey, kalian kok bisa disini?” Ucap Misa terkejut.

Fujito berbalik kembali. “Ceritanya panjang, nanti sambil makan kita akan bahas masalah ini lebih lanjut”

“Baiklah” Misa berbalik dan kembali kepada Nac. “Aku masak dulu ya, diluar ada Hotarou, Ryou, dan Yuri juga” Lanjutnya memberitahu.

“Aku bantu” Balas Nac berusaha turun dari ranjang.

Misa menggeleng. “Kamu istirahat saja..” Ucapnya khawatir.

Nac kembali berusaha bangun dan lalu berdiri utuh. “I’m bored in here..”

Misa kembali menggeleng. “Geez, yasudah, yuk” Ucapnya memegang tangan kiri Nac. Mereka berdua keluar 
kamar dan melihat Hotarou yang sedang mendengarkan MP3nya.

“Yo! Merfield! Annie!” Ucap Hotarou menyapa Nac dan Misa.

“Hai” Lanjut Ryou dan Yuri bersamaan. Terlihat Yuuko melambaikan tangannya dari sebelah tempat duduk Yuri.

“Just call me Nac” Balas Nac tanpa menoleh. Sedangkan Misa berjalan sebentar untuk menemui Yuri dan 
kembali ke dapur untuk memasak.

“Then, ada apa dengan tanganmu Nac?” Tanya Ryou kemudian.

“Terkena lemparan si baju hitam” Jawab Nac singkat.

Ryou diam mengerti sedangkan Misa melanjutkan masaknya ditemani Nac disampingnya. Tidak butuh waktu lama untuk Misa menyelesaikan pekerjaannya. Setelah selesai dia segera kembali menghidangkan makanan di meja makan yang tertera di ruang makan dekat dapur.

“Itadakimasu!” Ucap Hotarou sendirian dengan keras sambil melepas headsetnya. Ryou, Hotarou, Yuri, dan Yuuko. dan Fujito mulai menyantap makanannya  sedangkan Misa kembali menyuapi Nac.

“Waw, ini lezat..” Ucap Hotarou sambil terus melahap piringnya.

“Kau sangat beruntung nanti akan menjadi suaminya Nac XD” Sambung Ryou juga sambil melahap makanannya.

Misa yang mendengar wajahnya memerah dan segera menarik sendok yang dia suapi untuk Nac.

“Aw” Kaget Nac tiba – tiba.

“Jangan ucapkan itu Ryou..” Ucap Misa masih blushing. Wajahnya merah padam.

“Haha, tidak apa – apa, kalian kan pasangan baru, wajar kalau malu – malu” Sela Fujito juga ikut tertawa. Dalam beberapa detik meja makan penuh dengan tawa dan kegembiraan.

“Pamaaan jugaa!”

“Well, sudah sudah, lanjutkan makannya” Ucap Fujito menenangkan.

“Oh ya, kita mungkin akan berpindah pindah tempat beberapa hari selanjutnya sampai kita bisa berangkat ke 
Zira, kita tidak mungkin kembali ke Jepang karna anak buah dari Presiden Nasa akan terus mencari keberadaan kita, kabari orang tua kalian juga, namun tolong jangan katakan tentang Orimolchas” Ucap Fujito tenang.

“Jadi kapan kita berangkat ke Zira? Kenapa tidak cepat  - cepat saja? Aku sudah pasti ikut kok” Tanya Hotarou masih dengan makanan di mulutnya.

“Aku juga sudah pasti ikut” Lanjut Ryou kemudian.

“Aku juga” Sambung Misa, Yuri, dan Yuuko bersamaan.

Nac perlahan menatap Misa dengan arti melarangnya namun Misa menatapnya lebih tajam. “Apa!? Kamu nggak bisa melarangku” Ucapnya dengan wajah cemberut pada Nac.

Nac terus menatap Misa tanpa ekspresi. “I can, I’m your fiancĂ© after all”

Misa memerah dan hatinya bercampur aduk perasaan sedih dan senang. “Kenapa sih? Kamu nggak mau bersamaku ya!? *Hiks*”Misa berdiri dan berlari kearah kamar tempatnya dan Nac tidur.

“It’s not like that” Balas Nac berusaha menarik tangan Misa namun Misa menarik tangannya lebih keras dan berhasil masuk.

*Sigh* “Aku akan menenangkannya dulu” Ucap Nac masih memangku tangan kanannya yang terluka sambil berdiri dan menyusul Misa masuk.

“Then Yuri, apa kamu masih memaksa ikut?” Ryou melirik Yuri yang sedang menyantap pudding disampingnya.

“Of.. Course..” Jawab Yuri dengan tatapan membunuh.

Zira Planet Unknown Time

“Sensei” Ucap Shoji memanggil seorang lelaki tua berambut putih yang sedang berdiri menatap langit didalam pesawat itu.

“Hm? Ada apa Shoji?” Balas lelaki tua itu kemudian.

“Orimolchas, mereka sudah ditemukan, namun mereka berhasil kabur dengan bantuan Fujito Atsushi yang terkenal akan kepintarannya. Entah bagaimana caranya namun sepertinya para Orimolchas itu bekerja sama dengannya” Lanjut Shoji dengan tenang.

Lelaki tua itu berbalik dan berjalan perlahan mendekati Shoji. “Kita tetap harus mengejarnya, tapi tidak usah terlalu khawatir..Walaupun mereka sampai ke Zira, mereka tidak akan bisa apa - apa”

“Ba..Bagaimana kalau mereka mempublikasikannya sensei? Dan mendapat bantuan dari Negara – Negara besar?” Shoji bertanya lagi.

Lelaki tua itu tertawa sebentar. “Aku punya orang – orang yang pasti akan membantu untuk mencegah bala bantuan masuk, jika memang mereka mempublikasikannya, mereka hanya akan mendapat kerepotan dari pada bantuan Hahaha”

England 10.00 AM

“Hey Ryou” Panggil Hotarou disebelahnya yang sedang duduk menikmati alam pagi.

“Ada apa?” Tanya Ryou kemudian.

“Kau yakin ingin mengajak Yuri ke Zira?” Hotarou balas bertanya.

Ryou membisu sebentar, lalu memendamkan kepalanya diantara kedua kakinya. “I Don’t know, dia memaksa” Lanjut Ryou.

“Well then,  Hey” Ucap seseorang tiba – tiba. Ryou dan Hotarou menengok dan melihat Fujito sedang berdiri disamping mereka.

“Err.. Fujito sensei, aku sudah memikirkannya dari kemarin, tapi apa kau tidak ingin meminta bantuan Negara atau semacamnya? Haruskah kita bertindak sendirian?” Tanya Ryou tiba – tiba.

“Well, aku juga ingin meminta bantuan, namun.. Penjajah itu big boss Nasa, sebagian dari orang – orangnya berada di pihak pemerintahan, kita tidak akan mudah untuk meminta bantuan, bahkan walaupun seluruh 
Negara tahu, tidak menutup kemungkinan pemerintah juga tidak mau membantu kita, dengan kata lain, walaupun kita mempublikasikan tentang Orimolchas hanya akan membuat kekhawatiran orang saja” Jawa Fujito panjang.

“Oh, begitu…” Ucap Ryou mengerti. Dia dan Hotarou kembali menatap langit biru dan udara segar disekitar mereka.

Nac and Misa room  10.00AM

“So, masih marah?” Nac memanggil Misa yang sedang duduk di tempat tidur menghadap jendela.
Misa diam saja.

Nac berjalan menghampirinya. “Aku mau makan lagi..” Lanjutnya membuka pembicaraan sedangkan Misa masih diam tidak menjawab.

“Orz, what should I do now?” Nac kembali bertanya lagi. Namun seperti sebelumnya dia hanya seperti berbicara dengan tembok.

Nac menatap sebentar kearah jendela yg tertutup hordeng dan sedikit terbuka. Lalu membuka perban tangan kanannya dan membiarkan tangannya bergerak seperti biasa . Dia lalu membuka jendelanya dan melompat keluar dengan cepat.

“Nac!?” Kaget Misa mendengar bunyi jatuh yang cukup kencang dari luar.

To be Continued…

Friday, December 10, 2010

Outer Space - Chapter 10: Separation

“Hahaha, akhirnya kutemukan Orimolchas!” Teriak pria berkacamata ditengah antara ketiga orang pria berpenampilan sama tersebut. Disamping mereka bertiga terdapat 3 makhluk yang sudah tidak asing bagi Nac dan yang lainnya.

“O..Orimolchas..” Kaget Nac terbata.

“He..He.. akhirnya persembunyian kalian kutemukan.. Walaupun membutuhkan waktu cukup lama karna ada beberapa masalah..” Lanjut lelaki yang ditengah, dia lalu mengelus alisnya.

“Kau mau apa?” Tanya Nac maju kedepan.

Misa menarik tangan Nac. Memanggil namanya dengan suara pelan.

“Aku akan menangkap kalian, dan juga Para Orimolchas ini..” Lanjut Lelaki ditengah seraya menyentikan jarinya. Orimolchas disampingnya melompat dan bergerak menyerang Nac dan yang lainnya.

Nac menarik Misa dan Yuuko untuk berlindung sementara Fujito bergegas masuk kesebuah pintu. “Nac! 

Tekan tombol didalam kapsul yang ada di koper yang kuberikan tadi!” Seru Fujito seraya membanting pintu yang dia masuki.

Nac dengan cepat membuka isi kopernya dan melihat sebuah kapsul abu dengan kaca yang menutupinya. Dia memecahkan kaca itu dengan tangannya dan  lalu menekan tombol merah menyala yang ada dibalik kaca itu. Dalam sekejap mereka menghilang dari Kediaman Fujito.

Unknown Place 06. 45 AM

Nac, Misa dan Yuuko terjatuh tiba – tiba di suatu tempat. Tempat itu sangat luas dengan alas rumput hijau dan terdapat bangunan tidak jauh dari mereka. Disekitar mereka terlihat alam masih menunjukkan pagi hari. 

Misa perlahan bangun, melihat kearah Yuuko yang juga sedang bangun. Dia menoleh kearah kiri untuk mencari Nac. Dia menemukan Nac dalam keadaan tersungkur dengan lengan kanannya berdarah tertancap sesuatu.

“Nac!” Teriak Misa spontan dan dengan refleks dia berdiri menghampiri Nac, membaliknya dari posisi terngkurap.  Yuuko yang mendengar Misa segera mengikutinya.

“Ugh, tolong lepaskan ini”  Pinta Nac pelan seraya menunjuk sebuah pisau kecil di bahu kanannya.

“I..Iya..” Ucap Misa takut dengan perlahan mencabut pisau itu dari tangan Nac.

Nac tersungkur lemas di pangkuan Misa. “Yuuko, tolong aku, carikan perban dan obat – obatan disekitar sini” Isak Misa khawatir. Dia juga tak kuasa menahan air matanya.

“Baik!” Balas Yuuko yang ikut larut dalam suasana. Dengan cepat dia berlari kearah bangunan yang tidak jauh berada dari mereka. Berharap menemukan seseorang disana. Tiba – tiba seorang lelaki paruh baya berambut abu – abu muncul didepannya.

“Fujito sensei” Ucap Yuuko kaget saat melihat Fujito berdiri tiba – tiba didepannya. “Tolonglah, Nac Merfield terluka” Ucapnya.

“Terluka!?” Ucap Fujito kaget. Fujito segera berlari kearah Misa yang sedang memangku Nac.

“Paman!” Teriak Misa senang.

“Ya, dia kenapa?” Tanya Fujito yang juga terlihat khawatir.

“Aku nggak tahu, mungkin sesaat sebelum kita pergi tadi mereka melemparkan pisau ini” Jawab Misa seraya memberikan pisau berlumuran darah yang tadi dicabutnya.

“Hmm.. Sepertinya beracun, lihat cairan hijau ini..” Lanjut Fujito meletakkan pisau itu dan mengambil koper yang dibawanya. Dia mengeluarkan sebuah suntikkan berisi cairan didalamnya.

Misa berbalik kesamping kiri Nac untuk membiarkan pamannya mengobatinya.

“Merfield – kun, tahanlah, ini akan terasa sakit” Ucap Fujito menusukkan jarum suntik itu ke pergelangan tangan kanan Nac.

Perlahan jarum suntik itu memasuki tangan Nac, sampai akhirnya fujito menekan obat yang ada didalam suntikan itu kedalam pembuluh darah Nac. “Uggh.. !” Rintih Nac. Tangannya meremas tangan Misa yang memegangnya sejak tadi.

Misa memeluk Nac erat didadanya. “Tahan sebentar Nac..” Ucap Misa pelan.

Nac meringis selama beberapa puluh detik sampai akhirnya Fujito melepaskan jarum suntik dari tangannya. 

Fujito lalu membersihkan darah dari tangan Nac dan memberinya perban dengan cepat.

“Bawa tunanganmu masuk kedalam Misa..”  Perintah Fujito sambil menunjuk bangunan yang tadi mau dimasuki Yuuko.

Misa mengerti dan mencoba untuk menopang Nac. “Kamu bisa berdiri?” Tanyanya masih dengan nada khawatir.

Nac mengangguk pelan. Misa merangkul tangan kiri Nac dan membawanya ke bangunan yang tidak jauh dari tempat mereka berada.  Bangunan itu berwarna putih diluar dan didalamnya terdapat ruangan layaknya rumah biasa.

“Misa, kamu tidur di kamar ini, temani tunanganmu juga” Lanjut Fujito menaruh kopernya diatas sebuah meja.

Misa menidurkan Nac diatas tempat tidur besar yang ada di kamar itu, lalu keluar lagi untuk menemui pamannya. “Paman, sebenarnya ini ada dimana?” Misa mengucapkan pertanyaan yang dari tadi dia pendam.

“Inggris, ini tempat tinggalku saat aku bertugas disini” Jawab Fujito tanpa menoleh.

“La..Lalu Rose dan yang lain kemana?” Tanyanya lagi.

“Tenang saja, mereka sudah kulatih, sebentar lagi mereka akan sampai kesini” Jawab Fujito. Lagi – lagi tanpa menoleh.

“Baiklah, kalau begitu aku ke kamar dulu” Pamit Misa pada pamannya. Misa berbalik hendak memasuki kamarnya, namun Yuuko  tiba – tiba datang memanggilnya.

“Misa, Nac bagaimana?” Tanyanya prihatin.

Misa terdiam sebentar. “Dia masih tidur, aku harap dia baik – baik saja”

“Tenanglah, aku yakin dia akan segera pulih” Senyum Yuuko berusaha menghibur.

“Thanks, kamu memang teman baikku” Misa balas tersenyum. Mereka berpisah dan Misa kembali memasuki kamarnya tempat Nac berada.

Misa duduk di ranjang tempat Nac berbaring. Memegang tangannya yang dingin. “Kamu sih sok kuat, masih di bumi saja sudah begini, bagaimana di luar angkasa..”  Misa mengucap pelan dengan ekspresi yang sedih.

“I’m okay..” Ucap Nac yang tiba – tiba bangun dan berusaha bangun dari tempat tidurnya.

“Nac, jangan bangun dulu!” Kaget Misa khawatir.

“Aku sudah agak baikan kok” Tutur Nac berusaha menenangkan.

“Nggak! Istirahatlah sampai benar – benar pulih, kamu nggak tahu ya aku sangat khawatir” Isak Misa mulai 
meneteskan air matanya lagi.

“Misa.. Maaf..” Pinta Nac mengeratkan pegangannya pada Misa.

Misa mengangkat kepalanya dan mengelap air matanya. “Bukan salahmu kok, mungkin aku yang terlalu cengeng” Ucapnya sambil tersenyum kecil.


 Japan, Hotarou House 16.00 PM

“Hey Ryou, apa kau akan ikut ke Planet Zira nanti?” Tanya Hotarou yang sedang memainkan jarinya.

“Aku rasa iya, aku merasa prihatin pada para Orimolchas itu” Balas Ryou dengan tatapan kosong.

Hotarou berdiri sebentar. “Aku juga sudah memutuskan untuk ikut, perjalanan seperti ini, benar – benar impianku!” Teriaknya bersemangat. Dia lalu duduk kembali dan kembali berkata. “Lalu, apa kau akan mengajak Yuri? Kau suka padanya kan.” Tanya Hotarou lagi pada Ryou.

Wajah Ryou memerah. “Aku..” Ryou mengucap pelan. “Aku ingin membantu mereka, aku sendiri membayangkan bagaimana jika itu terjadi pada manusia. Tapi aku tidak akan membawa Yuri, disana pasti berbahaya” Lanjut Ryou lagi.

Hotarou mengangguk. “Jadi apa yang akan kau katakan padanya?”

“Mungkin.. Emm… Aku akan-“ Ucapan Ryou terpotong oleh suara Handphonenya yang bersuara. Dia mengangkatnya dengan segera. “Sensei Fujito? Ada apa?” Tanya Ryou kemudian. Percakapan mereka berlangsung selama beberapa menit sampai akhirnya dia menutup telfonnya.

“Ada apa Ryou?” Hotarou bertanya karna penasaran.

“Kita akan meninggalkan Jepang, dan setelah kita pergi dari sini kita akan segera ke Zira” Lanjut Ryou seraya berdiri dan mengenakan jaketnya.

“Apa maksudmu?” Tanya hotarou lagi.

“Sensei Fujito memperingatkan kita, kita harus segera menyusulnya di Inggris, kita sedang diincar” Jawab Ryou.

“Inggris!? Bagaimana kita kesana?” Hotarou berteriak kaget.

“Sensei bilang dia sudah menyiapkan sebuah portal untuk kesana, untuk jaga – jaga saja sih, tapi ternyata benar terjadi, ayo kita segera berangkat!” Ajak Ryou.

“Wow! He’s great! Eksperimennya benar benar luar biasa” Lanjut Hotarou kagum. 

Ryou membuka pintu rumh Hotarou dan didapatinya seorang perempuan berambut Pink didepannya.

“Yuri?” Kaget Ryou.

“Ryou! Aku mencarimu dirumah, ternyata ada disini!” Ucap Yuri cemberut.

“Maaf, aku harus pergi sekarang, tapi, mungkin kita nggak akan ketemu cukup lama”

“Pergi? Kemana?” Tanya Yuri penasaran.

“Hanya semacam liburan keluarga kok” Jawab Ryou bohong seraya berusaha tetap tenang.

“Oooh, yasudah, tadinya aku mau ajak kamu jalan – jalan, maaf ya” Yuri tersenyum seraya mulai berbalik meninggalkan Ryou.

Ryou terdiam sebentar, menatap Yuri yang berjalan pelan meninggalkannya. Dia membayangkan hari – hari tanpanya nanti, dia ingin mengurungkan niatnya untuk pergi ke Planet Zira, namun dia juga membayangkan para Orimolchas yang sedang menderita. Dia menjadi ingat akan masa lalunya. 

“Yuri!” Panggil Ryou kemudian. Yuri berbalik dan Ryou segera memeluknya.

Wajah Yuri memerah. R..Ryou, ada apa ini?” Tanya Yuri masih gugup.

“Tidak apa – apa, hanya ingin memeluk sebentar tidak apa kan?” 

 England, Fujito House 07.00 AM

“Sensei, kami siap untuk ikut ke Planet Zira!” Ucap Hotarou bersemangat saat dibukakan pintu oleh Fujito.

“Kalian serius? Disana sangat berbahaya” Fujito menjawab tegas.

“Aku siap” Sambung Ryou tiba – tiba.

Fujito menjelaskan semua tentang Zira dan resiko yang akan ditanggung mereka semua. “Aku sendiri tidak ingin melibatkan kalian” Lanjut Fujito.

“Ryou!” Panggil sebuah suara yang tiba – tiba terdengar tidak jauh dari rumah Fujito.

Ryou menengok untuk mencari asal suara itu dan didapatknnya perempuan berambut Pink berdiri disana. 

“Yuri!!?”